Menu

Dark Mode
Gubernur Khofifah Optimis Perguruan Silat Perkuat Pilar Persatuan dan Kesatuan Bangsa Jelang Peluncuran dan Operasional 14 Juli Mendatang, Gubernur Khofifah Pastikan  Kesiapan 19  Sekolah Rakyat di Jatim Lantik Anggota KPID Jatim, Gubernur Khofifah Ajak Wujudkan Ruang Digital Yang Sehat Kemkomdigi Siapkan Pengamanan Sistem Digitalisasi Bansos Dirjen Bimas Islam: Lebaran Yatim Jadi Inovasi Sosial untuk Anak Yatim dan Difabel ’Telesapa Madura’ Inovasi Solutif di Tahun Keenam Layanan Kesehatan Bergerak Gagasan Gubernur Khofifah

Nusantara

PGRI dan Praktisi Dukung Penjurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA

badge-check


					PGRI dan Praktisi Dukung Penjurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA Perbesar

Jakarta, InfoPublik — Rencana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk kembali menerapkan sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun ajaran 2025/2026 mendapat dukungan luas dari para guru dan praktisi pendidikan.

Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi, menyambut baik kebijakan ini. Menurutnya, penjurusan penting agar siswa dapat mendalami bidang ilmu sesuai minat dan potensi mereka.

“Jika siswa tidak memahami dasar ilmu dengan baik, maka sulit bagi mereka memilih peminatan secara tepat. Penjurusan membantu mereka menjadi ahli di bidang yang sesuai dengan minatnya,” ujar Unifah, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Senin (14/4/2025).

Dukungan juga datang dari Heriyanto, seorang praktisi pendidikan, yang menilai bahwa kebijakan penghapusan penjurusan sebelumnya tidak sepenuhnya efektif di lapangan. Ia menjelaskan bahwa siswa kesulitan dalam menentukan arah karier sejak dini, dan kondisi ini berdampak pada pemilihan mata pelajaran.

“Misalnya siswa kelas XI awal ingin jadi dokter, lalu ambil biologi dan kimia, tapi ternyata kelas XII berubah ingin jadi insinyur. Sayangnya, ia tak ambil fisika sebelumnya. Ini yang sering jadi masalah,” jelas Heri.

Ia juga menyoroti belum selarasnya kurikulum SMA dengan kebutuhan perguruan tinggi. Beberapa mata kuliah dasar seperti fisika, kimia, dan biologi tetap menjadi syarat meski jurusan mahasiswa tidak secara langsung membutuhkannya.

Senada dengan itu, Ignasius Sudaryanto, guru Geografi di SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi, menyampaikan bahwa penjurusan justru memudahkan sekolah dalam pengelolaan sumber daya pengajar.

“Selama ini guru kesulitan membagi jam mengajar karena tidak semua mata pelajaran dipilih siswa. Ini berpengaruh ke tunjangan profesi. Kalau kembali ke sistem jurusan, siswa bisa lebih fokus, dan sekolah bisa lebih mudah mengatur beban kerja guru,” tutur Sudaryanto.

Ia menambahkan bahwa banyak siswa merasa bingung dalam memilih mata pelajaran karena tidak memiliki acuan yang jelas, dan pada akhirnya, pemilihan itu tidak selalu sesuai dengan kebutuhan pendidikan lanjutan mereka.

Dukungan dari para pendidik ini menegaskan pentingnya sistem penjurusan sebagai bentuk penguatan pendidikan menengah. Dengan pilihan jurusan yang jelas, siswa diharapkan bisa lebih fokus, pendidik lebih terfasilitasi, dan transisi ke pendidikan tinggi menjadi lebih sinkron.

Kebijakan ini rencananya akan mulai diterapkan kembali secara nasional pada tahun ajaran 2025/2026, sebagai bagian dar

Baca Lainnya

Jelang Peluncuran dan Operasional 14 Juli Mendatang, Gubernur Khofifah Pastikan  Kesiapan 19  Sekolah Rakyat di Jatim

6 July 2025 - 07:01 WIB

Tiga Penerima Beasiswa Pemprov Jatim Raih Gelar Doktor dari UINSA, Gubernur Khofifah: Investasi SDM Strategis untuk Indonesia Emas 2045

2 July 2025 - 11:43 WIB

Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Jatim Manfaatkan Beasiswa LPDP-King’s College London, Pendaftaran Mulai 1 Juli 2025

1 July 2025 - 11:14 WIB

Berita Populer di Pendidikan