Menu

Dark Mode
Satu Dekade IPRAHUMAS: Konsolidasi Infrastruktur Komunikasi Pemerintah untuk Orkestrasi Narasi 2026 Prasetya Media Summit 2025 Tegaskan Pentingnya Kampanye Bersama Pentahelix dalam Menjaga Ketangguhan Ekosistem Media Jawa Timur Gubernur Khofifah Dorong Pendidikan Olahraga Berbasis Karakter Lewat Rehabilitasi SMANOR Sidoarjo Pentingnya Menemukan Akar Masalah dalam Kampanye Pelindungan Anak Digital PP Tunas Jadi Penegasan Kehadiran Negara Lindungi Anak di Ruang Digital Gubernur Khofifah Tegaskan Peran Strategis Jawa Timur sebagai Penopang Utama Swasembada Gula Nasional 2026

Sosial & Budaya

badge-check


					Perbesar

Jakarta – Di tengah meningkatnya aktivitas anak-anak di dunia digital, kehadiran Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola untuk Anak Aman dan Sehat Digital (PP Tunas) menjadi bentuk nyata kehadiran negara dalam melindungi anak dari risiko dunia maya.

Regulasi ini memberi kepastian bagi keluarga Indonesia bahwa pemerintah aktif menciptakan ruang digital yang aman, sehat, dan ramah anak.

Komitmen tersebut ditegaskan melalui Forum Sosialisasi Sahabat Tunas: Sesi Anak Hebat Belajar Aturan PP Tunas, yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) melalui Direktorat Komunikasi Publik, Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media (KPM), di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (28/10/2025).

Kegiatan diikuti lebih dari 200 siswa SD, SMP, dan MTs se-Parungkuda beserta orang tua mereka, dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Ditjen Komunikasi Publik dan Media.

Peneliti dari Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, Annisa Pratiwi Iskandar, menyampaikan bahwa PP Tunas memberi kepastian bagi orang tua bahwa pemerintah hadir dalam melindungi anak di ruang digital.

“Dengan adanya PP Tunas, beban dan kekhawatiran orang tua berkurang karena ada dukungan pemerintah dalam mengatur platform digital untuk mengidentifikasi risiko bagi anak, termasuk perlindungan dari konten negatif, eksploitasi anak sebagai konsumen konten digital, maupun gangguan kesehatan psikologis dan fisiologis,” ungkap Annisa.

Ia menambahkan, fenomena saat ini menunjukkan perubahan besar dalam cara anak berinteraksi. Banyak anak kini menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sehari di dunia digital, sehingga pendampingan adaptif dari keluarga dan sekolah menjadi kebutuhan mendesak.

Literasi Digital Bukan Sekadar Menggunakan Gawai

Direktur Jenderal KPM Kemkomdigi, Fifi Aleyda Yahya, menegaskan bahwa literasi digital bagi anak bukan sekadar kemampuan menggunakan gawai, tetapi juga kesadaran untuk menjaga diri dan menghormati orang lain di dunia maya. “Melalui kegiatan Sahabat Tunas, kami mengajak anak-anak belajar tentang hak dan kewajiban sebagai anak digital yang cerdas dan bertanggung jawab. Yang namanya hebat bukan hanya berarti pintar bermain gawai, tapi tahu cara menjaga diri dan menghormati orang lain, baik di dunia nyata maupun maya,” ujar Fifi.

Ia menambahkan, pendampingan anak dalam berinteraksi di dunia digital harus dilakukan secara seimbang. Anak perlu memahami kapan waktunya online untuk belajar dan berkreasi, serta kapan saatnya offline untuk bersosialisasi dan beraktivitas di dunia nyata. “Perlu pendampingan di dunia digital bagi anak-anak bukan hanya untuk belajar, berinteraksi, dan membuat konten yang kreatif, tapi juga agar mereka tahu kapan memanfaatkan waktu secara offline,” jelas Fifi.

Keluarga Sebagai Filter Pertama Sebelum Algoritma

Dalam kesempatan yang sama, Konten Kreator, Vendryana Ayu Larasati, menegaskan pentingnya peran keluarga sebagai filter pertama sebelum algoritma. “Keluarga adalah tempat anak pertama kali belajar. Sebelum anak-anak belajar dari dunia digital, mereka belajar dari orang tua tentang bagaimana bersikap, memilih, dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Vendryana menekankan bahwa komunikasi terbuka antara orang tua dan anak menjadi kunci agar ruang digital tidak dianggap tabu. “Yang anak-anak butuhkan bukan hanya aturan, tapi ruang untuk bicara. Dari situ anak belajar bahwa dunia digital bisa dibicarakan, bukan disembunyikan,” tegasnya.

Selain sesi edukatif, kegiatan ini juga menghadirkan sesi dongeng interaktif bersama Iman Surahman Hadi, pendiri Dongeng Ceria Indonesia, serta aktivitas “Asyik Tanpa Gadget” seperti melukis, memancing, dan memanen sayur.

Kegiatan ini menjadi bentuk nyata ajakan Kementerian Komunikasi dan Digital agar anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pelaku kreatif yang mampu menyeimbangkan kehidupan digital dan sosialnya.

Dengan forum seperti Sahabat Tunas, Kemkomdigi berharap literasi digital anak dapat tumbuh sejak dini, menjadikan mereka “warga digital hebat” yang cerdas, kreatif, dan beretika.

Baca Lainnya

Prasetya Media Summit 2025 Tegaskan Pentingnya Kampanye Bersama Pentahelix dalam Menjaga Ketangguhan Ekosistem Media Jawa Timur

18 December 2025 - 08:25 WIB

Gubernur Khofifah Dorong Pendidikan Olahraga Berbasis Karakter Lewat Rehabilitasi SMANOR Sidoarjo

18 December 2025 - 02:53 WIB

Pentingnya Menemukan Akar Masalah dalam Kampanye Pelindungan Anak Digital

17 December 2025 - 22:18 WIB

Berita Populer di Sosial & Budaya