Jakarta – Penggunaan teknologi digital atau digitalisasi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan suatu keniscayaan untuk menyukseskan program berskala nasional ini karena menyasar hingga 82 juta anak pada akhir 2025.
Hal ini dikatakan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, dalam acara Talk Show “Transformasi Digital, MBG, dan Pengentasan Kemiskinan” di Studio RRI PRO3, Jakarta Pusat, pada Selasa (15/7/2025).
“Saya kira intervensi digital atau digitalisasi dalam proses pelaksanaan makan bergizi gratis ini, ini satu keniscayaan karena kita akan memberi makan kurang lebih 82 juta di akhir 2025 ini,” ujar Wamenkomdigi.
Menurut Nezar, intervensi digital dalam Program MBG menjadi langkah strategis untuk memastikan efektivitas program, menjamin kualitas gizi, dan memperkuat kesiapan generasi Indonesia menyambut bonus demografi.
Keberhasilan Program MBG dinilai tidak bisa dilepaskan dari pengelolaan data secara digital, mulai dari rantai pasok bahan makanan, pengawasan standar gizi, distribusi, hingga pelaporan.
Dengan kata lain, kesuksesan eksekusi program ini bergantung pada efisiensi sistem yang dibangun dari hulu ke hilir.
“Mungkin kelihatannya seperti cuma sekadar masak kemudian dibagikan. Tetapi sebenarnya untuk menyiapkan makanan tepat waktu, itu harus disiapkan dari hulu sampai hilir. Misalnya untuk menjamin supaya pasokan bahan makanan di dapur bisa datang tepat waktu, dan juga bisa memenuhi standar gizi yang ada, itu semua harus berdasarkan data,” jelasnya.
Dengan sistem digital, seluruh proses, termasuk harga bahan pokok, ketersediaan stok, kualitas makanan, dan waktu pengiriman dapat dipantau secara real-time sehingga dapat mengurangi potensi kesalahan, manipulasi, dan pemborosan anggaran.
“Kalau sistem komunikasi yang buruk, MBG ini banyak sekali kendalanya. Karena untuk mengoordinasikan ekosistem yang begitu luas dari hulu sampai ke hilir, rantai pasok makanan ke satu set dapur di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), itu melibatkan begitu banyak koordinasi. Dan ini hanya bisa dilakukan kalau akses digital tersedia bagi semua orang,” tutur Wamenkomdigi.
Nezar menekankan bahwa MBG adalah investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
Ia menyebut banyak negara sukses memanfaatkan program serupa untuk meningkatkan produktivitas dan kecerdasan anak-anak yang akan menjadi tenaga kerja unggul di masa depan.
“MBG ini itu nanti dampaknya adalah pada kesiapan labor forces kita, tenaga kerja kita, generasi kita dalam membangun satu ekosistem ekonomi yang kita tahu akan diwarnai oleh ekonomi digital juga nantinya,” kata dia.
Sebagai bagian dari strategi menuju Indonesia Emas 2045, lanjutnya, digitalisasi MBG berperan dalam menciptakan keadilan akses dan pengawasan publik.
Dengan konektivitas yang kini menjangkau 97 persen wilayah berpenghuni, semua wilayah akan punya kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat dari program ini.
“Kalau ada komplain masyarakat tentang kualitas makanan yang buruk sampai di sekolah anak-anak, itu langsung mendapat perhatian. Sistem monitoringnya juga dibangun,” lanjut Nezar.
Selain itu, digitalisasi juga akan mencegah potensi manipulasi harga dan memastikan transparansi dalam proses pengadaan logistik.
Dengan sistem yang saling terintegrasi dan terbuka, MBG diharapkan bisa menjadi model layanan publik berbasis data yang akuntabel dan berdampak nyata.
“Saya kira ini program yang sangat strategis. Walaupun kita terlambat, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak pernah sama sekali. Dan ini langkah strategis dari Presiden Prabowo saya kira untuk memajukan nutrisi anak-anak,” tandas Nezar Patria.